Selasa, 15 November 2011

Kebijakan Moneter


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,  karena berkat kemurahan dan rahmat-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini penulis membahas “KEBIJAKAN MONETER”, yaitu suatu permasalahan yang  selalu dialami masyarakat dan pemerintah setempat dalam kehidupan sehari-hari. Demi kemakmuran bersama .
Tidak lupa pula saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman semuanya. Terima kasih .
 






                                                                                                                        Jakarta, juni 2011

                                                                                                                                 Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya.
            Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Tujuan pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
            Penerapan kebijakan moneter dengan menggunakan target inflasi (inflation targeting) ini diharapkan dapat menciptakan fundamental ekonomi makro yang kuat. Makalah ini akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan target inflasi, yang meliputi pengertian, evolusi teori, prasyarat, karakteristik dan elemen target inflasi. Agar dapat mengetahui dengan jelas kondisi ekonomi nasional Indonesia hingga tahun 2000 ini, maka dalam pembahasan juga dipaparkan tentang perkembangan ekonomi makro Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas di buat beberapa rumusan masalah yaitu antara lain :
1.      Pengertian Kebijakn Moneter
2.      Kebijakan Moneter dalam pemerintah
3.      Kebijakan Moneter dalam model Moneteris
4.      Kebijakan Moneter dalam model IS-LM
5.      Kebijakan Ekspensi dan Kontraksi


1.3  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a.       Untuk mengetahui pengertian dari Kebijakan Moneter
b.      Untuk mengetahui bagaiman bekerjanya Kebijakan Moneter dalam penmerintah
c.       Untuk mengetahui lajunya perkembangan kebijakan dalam pemerintahan


























BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.



2.2 Kebijakan moneter dalam pemerintah
            Dalam membicarakan kebijakan moneter, langkah yang dapat dilakukan oleh bank sentral dapat dibedakan kepada dua aspek : langkah-langkah yang mempengaruhi suku bunga dan langkah-langkah yang mempengaruhi penawaran uang. Ahli-ahli ekonomi Klasik manganggap bahwa suku bunga riil tidak dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter karena suku bunga dipengaruhi oleh investasi riil. Dengan denikian , dalam melihat mengenai keefektifan bebijakan moneter yang perlu dilihat adalah implikasi dan kebijakan bank sentral mempengaruhi penawaran uang ke atas kegiatan ekonomi dan tingkat harga.
            Dalam menjalankan kebijakan moneter, bank sentral dapat mempengaruhi penawaran uang dengan dua cara: dengan mencetak uang baru atau dendan menggalakan lembaga-lembaga keuangan, terutama bank perdagangan, menciptakan pinjaman yang lebih banyak, misalnya dengan menurunkan suku cadangan ke atas pinjaman-pinjaman yang dibuat lembaga-lembaga keuangan. Apapun langkah yang dibuat oleh bank sentral – yaitu apakah mencetak uang atau memberi banyak dorongan kepada lembaga-lembaga keuangan untuk memberikan lebih banyak pinjaman  - tindakannya hanya akan meningkatkan harga, upah nominal, suku bunga nominal dan pendapatan nasional nominal. Uapah riil, suku bunga riil dan pendapatan nasional riil tidak akan mengalami perubahan.
            Apabila bang sentral menjalankan kebijakan moneter – dengan mencetak uang atau mendorong bank perdagangan memberi pinjaman yang lebih banyak, penawaran uang dalam perekonomian akan bertambah. Sebagai akibatnya, seperti dijunjukan oleh grafik (a) dalam gambar 3.12, permintaan agregat bertambah dari AD0 menjadi AD1 dan menyebabkan tingkat harga meningkat dari P0 menjadi P1. Pendapatan nasional riil tidak berubah tetapi pendapatan nasional nominal akan meningkat sebagai akibat kenaikan harga tersebut. Seterusnya, seperti dapat dilihat pada grafik b(i) dan b(ii) dari gambar 3.12. kenaikan penawaran uang itu tidak akan menimbulkan perubahan ke atas investasi riil, tabungan riil dan suku bunga riil; tetapi akan meningkatkan  suku bunga, tabungan dan investasi nominal. 

2.3 Kebijakan Moneter Dalam Model Monetaris
            Pandangan golongan Monetaris mengenai permintaan uang untuk spekulasi, dan mengenai faktor-faktor yang menentukan investasi swasta adalah sangat berbeda dengan pandangan golongan Keynesian. Dalam teori golongan Monetaris, permintaan uang untuk spekulasi tidaklah penting. Menurut mereka uang terutama diminta untuk membiayai transaksi. Berdasarkan pendapat ini, menurut golongan Monetaris permintaan uang adalah tidak sensitive  ke atas perubahan suku bunga. Berarti kurva permintaan uang yang tidak elastis ini akan menyebabkan  kurva LM  juga tidak elastis
            Seterusnya golongan Monetaris berpendapat suku bunga merupakan penentu utama  tingkat investasi yang akan dilakukan oleh pihak swasta. Dengan demikian pengeluaran ini  sangat sensitive terhadap perubahan – perubahan suku bunga dan sifat ini secara grafik digambarkan oleh kurva MEI yang elastis atau landai. Apabila kurva MEI landai, kurva IS akan menjadi landai bentuknya

2.4 Kebijakan Moneter Dalam Model IS-LM
            Keadaan perekonomian tidak selalu sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi, pengganguran, neraca pembayaran laur negeri yang terus menerus defisit merupakan beberapa gejala ekonomi makro yang tidak dikehendaki bangsa maupun di bumi ini. Dalam menghadapi kenyataan seperti ini usaha untuk menghilangkan atau untuk mencegah timbulmya gejala-gejala tersebut diperlukan. Oleh karena masalah tersebut secara langsung menyangkut variabel-variabel ekonomi agregatif dan lagi hanya dapat si atasi dengan mengandalikan jalannya perekonomian sebagai suatu keseluruhan, maka kebikjaksanaan yang diperlukan adalah kebijaksanaa ekonomi makro.
            Untuk lebih jelasnya, baiklah di sini kita adakan batasan bahwa yang dimaksud dengan kebijaksanaan ekonomi makro dalam buku ini ialah tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian dengan maksud agar supaya keadaan perekonomian tidak terlalu menyimpang dari keadaan yang diinginkannya. Dua diantara kebijaksanaan ekonomi makro yang banyak dibahas dalam buku-buku ekonomi makro iakah kebijaksanaan fiscal dan kebijaksanaan moneter. Tetapi dalam bab ini kita akan membahas tentang kebijaksanaan moneter.

2.5 Kebijaksanaan Ekspansi dan Kebijaksanaan Kontraksi
            Keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah kebijaksanaan disebut tujuan kebijaksanaan. Tujuan sebuah kebijaksanaan ekonomi dapat diungkapkan dalam bentuk perubahan nilai variabel-variabel tertentu yang diinginkan. Variabel-variabel yang oleh pemerintah harapkan nilainya akan berubah sebagai hasil pelaksanaan suatu kebijaksanaan, biasa disebut sebagai variabel target atau target variabel. Dalam analisa IS-LM, khususnya yang termuat dalam bab ini, sebagai variabel target baik untuk kebijasana moneter maupun kebijaksanaan fiscal yang dipermasalahkan hanyalah variabel target tingkat pendapatan nasional-Y. Oleh karena itu pada umumnya meningkatnya  nilai Y berarti meningkatnya kesempatan kerja, maka dapat pula dikatakan bahwa dalam bab ini di samping tingkat pendapatan nasional, tingkat employment juga kita peamasalahkan sebagai variabel target.
            Setelah kita perbincangan mengenai tujuan kabijaksanaan ekonomi kita berpaling sekarang kepada alatnya. Alat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kebijaksanaan biasa disebut policy instrument atau instrument kebijaksanaan. Selanjutnya, variabel yang dipakai  sebagai instrument kebijaksanaan kita sebut policy instrument variable, yang biasanya juga hanya disingkat instrument variable, atau variable instrument.
            Oleh karena kebijaksanaan meneter meliputi semua tindakan pemerintah yang bertujuan mempengaruhi jalannya perekonomian melalui penambahan aatu pengurangan jumlah uang yang beredar, maka dikatakan bahwa instrument variable untuk kebijaksanaan moneter adalah M, yaitu jumlah uang beredar, yang biasa juga disebut penawaran uang.
            Diatas disebutkan bahwa variable target yang kita perbincangkan untuk sementara hanya terbatas kepada tingkat pendapatan nasional dan atau tingkat kesempatan kerja. Untuk memudahkan pembicaraan, baik kebijaksanaan fiscal maupun kebijaksanna moneter kita bedakan berdasarkan arah perubahan nilai variable target yang menjadi tujuan kebijaksanaan. Dengan dasar pembedaan ini kita mengenal :
1.      Kebijaksanaan Ekspensi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian, dan
2.      Kebijaksanaan Kontraksi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang tujuannya ialah umtuk menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian

            Kebijaksanaan ekspensi pada umumnya diambil pada masa-masa perekonomian mengahadapi banyak pengangguran dalam kapasitas produksi nasional belum dalam pemanfaatan penuh. Sebaliknya kebijaksanaan kontraksi pada umumnya dilakukan pada masa-masa perekonomian dalam keadaan overemployment, yaitu keadaan di mana permintaan agregatif melampaui besarnya kapasitas produksi nasional. Keadaan ini pada umumnya ditandai oleh tingkat inflasi yang tinggi. Di samping itu kebijaksanaan kontraksi pada umumnya juga dipakai dalam keadaan di mana perekonomian mengalami deficit neraca pembayaran secara terus menerus.
            Dengan perkataan lain, entah kebijaksanaan fiscal ataukah kebijaksanaan moneter yang di pergunakan, kebijaksanaan ekspensi pada umumnya dapat diharapkan memperoleh hasil berupa meningkatnya pendapatan nasional dan menurunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya kebijaksanaan kontraksi pada umumnya diharapkan dapat menurunkan tingkat inflasi dan memperkecil deficit neraca pembayaran luat negeri.

1.1  Bekerjanya Kebijaksanaan Moneter
            Untuk menyelami cara menemukan kebijaksanaan moneter yang bagaiman yang harus diambil untuk memecahkan suatu masalah dalam perekonomian, kita perhatikan contoh gambar 1.2.1. dengan fungsi investsi, fungsi saving, fungsi L1 dan fungsi L2 seperti yang terlikis pada kuadran masing-masing, dengan jumlah uang yang beredar sebanyak OM, menghasilkan pendapatan nasional ekuilibrium sebesar OY0. apabila perekonomian mempunyai tinggat full-employment income, yang biasa disebut juga produk nasional potensial sebesar OYf, maka ini berarti bahwa perekonomian terdapat pengangguran.
            Apabila pemerintah menginginkan untuk menghilangkan sama sekali pengangguran dalam perekonomian, maka pemerintah harus melaksanakan kebijaksanaan moneter atau fiscal dengan variable tergetnya berupa tingkat pendapatan nasional sebesar OYf. Oleh karena itu tingkat pendapatan ekuilibrium yang sekarang terjadi adalah sebesar OY0, maka ini berarti bahwa tinggat pendapatan nasional perlu dinaikan sebesar Y0Yf, ini berarti bahwa pemerintah melaksanakan kebijaksanaan ekspensi.
            Oleh karena dalam peembahasan ini kita mengasumsikan pemerintahan memilih  memecahkan masalah tersebut melalui kebijaksanaan moneter, maka ini berarti bahwa pemerintah memilih sebagai in-strument variabelnya jumlah uang yang beredar, M. masalahnya sekarang ialah : M nilainya perlu dinaikan ataukah perlu dikurangi ?
            Untuk nenjawab pertanyaan tersebut kita perlu memperhatikan kuadran IS-LM gambar 1.2.1. dari gambar tersebut kita saksikan bahwa untuk menghasilkan tungkat pendapatan nasional ekuilibrium pada tingkat pendapatan OYf, titik ekuilibrium perlu dipindahkan dari titik E ke titik F. Untuk maksud tersebut kurva LM perlu mengalami pergeseran dari semula LM ke LMf
BAB III
PENUTUP
      3.1 KESIMPULAN
Kebijakan moneter dapat didefinisikan sebagai proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.











DAFTAR PUSTAKA

1)      Ackley, Gardner, Macroeconomic Theory, New York : Macmillan, 1961
2)      Fand, David I., “A Monetarist Midel of the monetary Process”, dalam William E. Gibson dan George G. Kaufan,eds., Monetary Economics : Reading on Current Issuues, New York : McGraw-Hill, Book Company, 1971
3)      Hansen, Alvin ., Monetary Theory and Fiskal Policy, New York : McGraw-hill Book Company, 1949
























DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ………………………………………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………......ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...iii
1.1 Latar Belakang ……………………………………………..1
       1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….2
       1.3 Tujuan ……………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN MASALAH ………………………………iv
       2.1 Pengertian Kebijakan Moneter……….……………………..4
       2.2 Kebijakan Moneter Menurut Pemerintah…………..…..…...5
       2.3 Kebijakan Moneter Dalam Model Monetaris ……………….6
       2.4 Kebijakan Moneter Dalam Model IS-LM …………………..7
       2.5 Kebijaksanaan Ekspansi dan Kebijaksanaan Kontraksi …….8
BAB III PENUTUP ………………………………………………… v
       3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..vi